Pages

Labels

Februari 03, 2013

Peka adalah ....

Bismillah..
Alhamdulillah washsholatu was Salaam ‘ala Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wa ‘ala aalihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diyn.. Amma ba’d.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,” Hak seorang muslim  atas muslim yang lain ada enam, mengucapkan salam jika engkau bertemu dengannya, memenuhi undangannya, menasehati jika ia memintanya, menjawab jika ia bersin dan mengucapkan  Alhamdulillah, menjenguknya ketika ia sakit dan mengiringi jenazahnya ketika ia meninggal.” (HR. Muslim)

Mungkin hadits ini sudah tidak asing bagi kita dan saya yakin kalau hadits ini sudah kita hafal dan kita fahami sebelumnya. Tapi, sudahkah kita mengamalkannya keseluruhan?
Catatan  ini kami buat bukan maksud untuk menggurui atau apa, tapi catatan ini sebagai bahan muhasabah pribadi kami dan sebagai tempat untuk saling menasihati.
Wahai Saudariku, sudahkah hari ini kita menjenguk saudari kita yang sakit? Sudahkah kita memberikan sedikit bentuk perhatian kita untuk mereka yang terbaring lemah? Tidakkah kita mencontoh Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu yang ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya para sahabatny, siapa di antara mereka yang sudah menjenguk orang sakit pada hari itu padahal beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya seperti itu setelah sholat subuh dan hanya beliau  Radhiyallahu anhu yang mengacungkan tangan beliau.. Miris ketika kami melihat kenyataan bahwa hari ini kepekaan kita kepada saudari-saudari kita yang lain sudah berkurang. Miris ketika kami mendapati ada di antara kita hanya melewati saudarinya yang sedang sakit dan tak ada satu kata pun terlontar darinya hanya untuk sekedar bertanya bagaimana keadaannya saat itu. Entah karena kesibukannya atau ada urusan lain yang lebih mendesak sehingga tak sempat menyapa. Cuma husnuzhan yang bisa kami pikir waktu itu.

Ukhtiy..
Pernahkah kita sadari, bahwa sapaan sedikit saja untuk saudari kita yang sakit bisa memberikan semangat baginya untuk sembuh? Pernahkah kita sadari, sedikit perhatian dari kita bisa memberikan kekuatan baginya dalam melawan sakit?  Tidakkah kita merasa “tersindir” ketika ditanya penyakit saudari kita yang tinggal satu atap dengan kita dan kita tidak tau jawabannya? Haruskah kita mendengar dulu kabar bahwa ia pulang kampung untuk dirawat oleh keluarganya padahal kita mampu untuk menjaga dan merawatnya? Atau, haruskah ada rasa penyesalan ketika ada kabar bahwa saudari kita telah kembali ke hadiratNya sedangkan kita belum memenuhi haknya atas diri-diri kita? Allahul musta’aan..

Moga kepekaan itu masih melekat dalam diri-diri kita dan jangan sampai ada rasa penyesalan itu datang menghampiri kita.

Yang benar itu, datangnya dari Allah ‘Azzza wa Jalla Sang Maha Sempurna dan semua kekurangan serta  kesalahan itu datangnya dari kami sebgai hamba yang lemah dan k arena bisikan Syaithan La’natullah ‘Alaihi..
Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilayka..

0 komentar:

Posting Komentar

 

Translate

Total Pengunjung

Profil

Hanya seorang hamba yang dhaif yang selalu berusaha mencapai jati diri hakiki sebagai seorang muslimah.. wakafaa billaahi hasiyba ..