Pages

Labels

Desember 01, 2013

Kecemburuan yang Membunuh

Berkisah seorang wanita yang sedang berada di dalam Masjidil Haram, "Saya melihat seorang ibu tua yang sedang sholat dan menangis. Dia mengangkat kedua tangannya dan berdoa sembari terus menangis.. Sungguh belum pernah saya melihat kesedihan seperti itu sebelumnya. 

Terdorong rasa penasaran, maka saya pun menghampirinya dan duduk di sampingnya, lalu saya bertanya, "Apakah gerangan yang telah terjadi wahai Ibu, hingga engkau menangis seperti ini? Sudikah kiranya engkau menceritakannya kepadaku?"


Maka wanita itupun bercerita dengan derai air mata, "Saya menangisi derita diriku."
"Bagaimana bisa?", tanyaku."Saya memiliki seorang suami, kami saling mencintai. Sayangnya kami belum dikarunia anak oleh Allah, dan inilah yang membuat hidup kami menjadi terasa mendung. 

Saya kasihan melihatnya, maka saya menyarankan kepadanya untuk menikahi wanita lain saja. Dia menolak saran saya, tapi saya terus memaksanya. Hingga berlalu hari..bulan..dan dia pun menyetujuinya. Saya pun menemaninya untuk mengkhitbah (melamar) seorang wanita sampai berlangsungnya pernikahan dengan lancar. 


Tetapi tidak berlangsung lama pernikahan mereka..saya merasakan panasnya api cemburu di dadaku, ketika saya harus menerima kenyataan bahwa suamiku sekarang lebih banyak bersama istri mudanya, terlebih ketika dia hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan.Makin hari makin bertambah rasa cemburu dan dengki dalam hati saya, dan makin dekat pula suami saya dengan istri mudanya.


Sampai suatu hari ia datang menemuiku untuk mengabarkan bahwa mereka akan bersafar dan menitipkan anaknya kepadaku. Tanpa panjang lebar saya menyetujuinya.. Tak ingin dianggap saya tak peduli pada anak itu.


Di hari pertama kepergian mereka, anak kecil itu bermain di depanku. Karena malam yang sangat dingin di musim dingin, maka saya menyalakan kayu bakar untuk menghangatkan suhu kamar. Bersamaan menyalanya kayu bakar, menyala pulalah api kecemburuan di hatiku.

Di saat itu, ku lihat anak kecil itu mendekati api dan menyentuhnya. Saya berlari mendekatinya.. Bukan untuk menjauhkannya dari api melainkan memasukkan tangannya lebih dalam sehingga tangan itu terbakar.

Seharusnya hatiku lega karena telah melampiaskan amarahnya.. Tapi ternyata api di dalamnya tak kunjung padam.


Dan beberapa jam kemudian, saya dikejutkan dengan datangnya kabar bahwa suamiku dan istrinya telah meninggal dalam kecelakaan. Sedang diri saya.. Berada sendiri di sana.. Tak ada yang bersamaku kecuali seorang anak kecil yang telah terbakar tangannya olehku.


Anak kecil itu kini telah beranjak dewasa.. Saya sangat mencintainya dan dia pun sangat mencintaiku, menjadi tulang punggungku.. Dia yang merawatku, memenuhi segala kebutuhanku, mendampingiku dengan baik, penuh kelembutan dan kasih sayang. Yang sangat mengagumkan pemberian Allah kepadaku dengan dia memanggilku "Wahai Ibuku.." dan tiap dia memanggilku demikian, hatiku diliputi kesedihan. Dan tiap saya melihat tangannya yang terbakar,penyesalan pun menyerbu hatiku dan saya menangis. Entah harus berbuat bagaimana dengan anak ini."


Maha Suci Allah yang telah berkata "Terkadang kalian membenci sesuatu sedang dia baik untukmu.."


Terjemahan Ummu Faari' AR

0 komentar:

Posting Komentar

 

Translate

Total Pengunjung

Profil

Hanya seorang hamba yang dhaif yang selalu berusaha mencapai jati diri hakiki sebagai seorang muslimah.. wakafaa billaahi hasiyba ..